Sabtu, 18 April 2009

PEMILU 2009

Menuju Pemilu Demokratis kedua 2009


Dibawah pemerintahan Presiden Megawati, Indonesia berhasil melaksanakan pemilu secara demokratis. Ada yang kecewa dan ada pula yang bahagia dengan hasil pemilu 2004 yang lalu. Kemenangan yang diraih Soesilo Bambang Yudhoyono, mengantarkan beliau menjadi Presiden demokratis pertama sepanjang berdirinya Republik ini. Akankah pemilu kali ini akan menghasilkan pemilu yang demokratis juga?

Walaupun ada riak riak kecil terhadap hasil pemilu 2004, akan tetapi hampir tidak ada insiden. Pihak yang kalah akhirnya secara legowo menerima kekalahannya. Padahal kalau mau, pemerintahan saat itu bisa saja mengatur skenario data pemilih. Hal inilah yang ingin diulangi oleh bangsa ini. Yang jelas rakyat Indonesia ingin melihat bangsanya sendiri hidup dalam ketenangan dan kesejahteraan. Apalagi sepanjang bergurlirnya reformasi, masyarakat masih dihadapi oleh ketidakpastian hukum, politik, ekonomi, sosial dan budaya

Lantas, tidak sedikit yang pesimis dalam menghadapi pemilu tahun 2009 ini. Kenapa? Hal ini disebabkan timbulnya beberapa insiden yang terjadi pada pemilihan kepala daerah di berbagai kota di Indonesia. Publik masih mengaitkan dengan kondisi yang terjadi pada Pemilihan Gubernur Jawa Timur. Dan kasus ini telah menyita perhatian rakyat. Dan tidak sedikit para elit politik yang khawatir kecurangan yang terjadi di jawa timur akan terulang pada pemilihan anggota legislatif dan presiden.

Bangsa kita belum terlalu siap untuk menghadapi pesta demokrasi yang terbilang besar ini. Masih ditemukannya data pemilih ganda membuktikan kinerja aparat komisi pemiliha umum masih harus terus ditingkatkan. Apalagi menjelang beberapa hari kedepan ini.

Kelemahan bangsa ini adalah baru bertindak setelah ada kasus. Paradigma inilah yang harus secara perlahan-lahan kita tanggalkan. Sebagai contoh, Baru merawat situ kalau ternyata situ itu telah menelan korban seperti yang terjadi di tanggerang. Baru bertindak menangkap para cukong kalau setelah ketahuan daerah yang kayunya diambil secara membabi buta tersebut terkena bencana alam seperti banjir bandang dan tanah longsor.

Kita masih terjebak pada pola aji mumpung. Mumpung saya lagi berkuasa, lahan-lahan gambut dibuka semua. Mumpung saya lagi berkuasa..mumpung saya lagi berkuasa..ini itu bisa saya lakukan

bangsa ini butuh pemimpin yang berkelas dan sudah teruji. Artinya keluar dia bagaikan macan, kedalam ia bak idola yang ditauladani rakyatnya. Itulah yang dibutuhkan bangsa ini. Bangsa ini butuh sosok pemimpin seperti itu. Dia dihormati diluar negeri. Artinya tidak dianggap sebagai pemimpin dari negara terbelakang. Selama ini masyarakta dunia hanya kenal Indonesia sebagai negara berkembang, banyak terjadi rusuh dan huru hara. Sehingganya ketika seorang mahasiswa Indoneisa belajar ke luar negri, ia merasa malu mengaku sebagai bangsa Indoneisa. Tidak sedikit dari mereka yang bahkan mengaku dari malaysia atau negara yang terkenal maju dan kaya. Ini adalah phenomena yang tidak boleh dianggap sebelah mata. Inilah tantangan bangsa ini yang hingga saat ini masih belum terangkat.

Untuk mengangkat citra Indonesia dan mensejahterakan rakyat indonesia maka dibutuhkan seorang pemimpin yang betul-betul bekerja untuk rakyat. Inilah harapan rakyat. Presiden bukan lagi zamannya untuk dilayani tetapi melayani umat, mensejahterakan rakyat dan melindungi rakyat. Ketika ada rakyatnya yang terkena busung lapar, sang presiden tidak hanya duduk di singasananya dan mengucapkan kata simpati, kalau perlu ia langsung turun dan mengatasi masalah itu.

Pemerintah sebagai pihak penyelenggara pemerintahan wajib untuk membenahi masalah-masalah yang timbul sebelum, selama atau sesudah berlangsungnya pemilu. Pemerintah tidak boleh memainkan kartu “turf' agar bisa kembali terpilih. Perlu diadakan pemilihan yang jujur dan adil. Pemerintah yang berkuasa harus siap kalah kalau itu terjadi. Dan rakyat pun harus ikhlas dan ikut mensukseskan jika akhirnya pemerintahan saat ini kembali mendapat mandat dari rakyat. Ya, semuanya harus fair dan berjiwa kesatria.

Beragam persoalan muncul ketika DPT ( Data Pemilih Tetap) yang dimiliki KPU sebagian masih menjadi perdebatan di kalangan publik. Hal ini ditenggarai adanya pemilih ganda dan tidak tercatat sebagai pemilih guna memberikan suaranya. Seperti diberitakan di TV1One (Rabu,08/04/09) bahwa sebagian masyarakat di sumatera utara melakukan protes ke KPU karena mereka tidak bisa memilih disebabkan data kependudukan mereka tidak tercatat. Di kota Padang seperti yang juga diberitakan TV ini juga ditemukan pemilih ganda.

Permasalahan diatas ibarat kerikil-kerikil yang bisa mengancam proses demokrasi yang sedang dibangun oleh bangsa ini. Jangan sampai hal yang sepele ini dianggap masalah kecil. Dan perlu dilakukan evaluasi dan respon cepat dalam menghadapi permasalaan yang timbul dilapangan. Hal-hal ini jangan sampai terabaikan saat pemilihan calon Presiden nanti

Presiden Ferdinan Marcos lengser dari istanya takkala raykat tidak mempercayai hasil pemilu di negara tersebut. Masyarakat Philippine menganggap pemilu yang terjadi waktu itu penuh dengan kecurangan-kecurangan. Data pemilih yang ganda dan banyaknya rakyat yang memilih untuk golput. Akhirnya keberlangsungan demokrasi di philipine harus dibayar mahal dengan lengsernya sang Presiden

Bercermin kepada kasus Philipine, tentunya hal itu jangan sampai terjadi kepada bangsa ini. Waktu kedepan masih ada untuk memperbaiki sistem pemilihan presiden kedepan. Hal-hal atau masalah-masalah teknis yang muncul saat ini mestilah langsung di tanggapi. Sehinganya saat pemilihan presiden nanti persoalan yang mengemuka tidak terlalu significant dalam menjegal proses demokrasi yang sedang dibangun bangsa ini.

Pemilu 2009 ini kembali akan dijadikan barometer, akankah bangsa Indonesia bisa kembali dianggap sebagai negara demokratis? Peran pemerintah, KPU, Banwaslu dan elemen lainnya iu sangat sentral dalam menciptakan pemilu yang jujur dan adil. Kontrol terhadap aparat di pemerintahan perlu ditegakkan jangan sampai aparat tersebut memanfaatkan dana departemen sebagai dana kampanye buat partai tertentu.

Perlu dibangun tingkat kepercayan masyarakat terhadap hasil pemilu nanti. Sehinganya apa yang pernah terjadi dinegara tetangga, tidak terjadi dinegara yang kita cintai ini. Ya, Semua kita punya hati nurani. Semua kita punya jawaban untuk itu. Kita semualah yang akan menentukan mau dibawa kemana bangsa ini. Semoga pemilihan anggota legislatif dan Presiden nanti membawa angin perubahan kepada bangsa ini.

Tidak ada komentar: