Selasa, 24 Februari 2009

Dukun Cilik - Ponari

Praktek Dukun Cilik Ponari


Baru-baru ini Menag menyerukan untuk menghentikan praktek yang dilakukan dukun cilik Ponari. Hal senada juga sudah dikeluarkan keputusan mengenai pratek Ponari yang menjurus ke perbuatan syirik. Pro kontra praktek Ponari terus bermunculan.

Kalangan panitia tentu sangat menentang himbauan Mentri Agama. Bisa dibayangkan berapa rupiah yang bakal hilang seandainya praktek ini harus dihentikan. Masyarakat sekitar juga tidak mau tinggal diam. Mereka memanfaatkan kondisi ini untuk mengais sesuap nasi. Ada yang menjajakan makanan dan minuman. Ada yang berprofesi sebagai juru parkir dadakan. Semua aktifitas ekonomi tersebu dari hari ke hari sungguh bernilai fantastis.

Pundi-pundi rupiah yang mengalir ibarat emas yang jatuh dari langit. Semua ketiban reszki. Tetapi dibalik itu ada yang merasa dirugikan. Yakni si dukun cilik dan orangtuanya (bapaknya). Ponari harus meninggalkan bangku sekolah hanya untuk melayani pasien. Dan ayah ponari terpksa dirawat di rumah sakit karena dianiaya oleh panitia dukun ponari yang notabene masih karib kerabat. Sang ayah ingin mengentikan praktek ponari dan menginginkan anaknya untuk kembali sekolah. Namun keinginan sang ayah ditolak panitia yang berujung dang ayah ponari dianiaya. Sunguh tragis memang.

Pihak sekolah ponari sendiri sudah beberapa kali melayangkan surat kepada keluarga Ponari. Pihak sekolah menginginkan Ponari kembali k skolah layaknya anak-anak seusia mereka. Dalam hal ini pendidikan ponari terabaikan hanya untuk memenuhi ekploitasi sebahagian pihak.

Pro kontra mengenai praktek yang dilakukan Ponaripun beragam. Ada yang setuju. Ada pula yang menyerahkan semua kepada keyakinan masyarakat masing-masing. Ponari melakukan praktek hanya dengan menggunakan sebuah batu dimana batu itu nanti dicelupkan kedalam air yang sudah dipersiapkan oleh pasien. Konon batu itu diyakini sebagai batu ajaib yang bisa menyembuhkan orang sakit.

Bermula dari kabar disembuhkannya anggota keluarga Ponari dengan menggunakan batu dari langit, sehinnganya menyebar dari mulut ke mulut. Konon ponari sudah pernah tiga kali membuang batu itu, tetapi batu itu tetap kembali padanya.

Sugesti yang diberikan oleh Batu Ponari itulah dianggap sebagian pasien bisa menyembuhkan penyakit mereka. Menurut ilmu kedokteran jelas hal ini sangat tidak masuk akal. Ketika dimintai komentarnya Menteri Kesehaan hanya menyerahkan smuanya kepada masyarakat. Beliau juga berkeyakinan juga masyarakat akhirnya akan bisa menilai kebenarannya.

Praktek-praktek semacam ini tentu tidak hanya datang kali ini. Sebelum praktek Ponari ini terekspose, sesungguhnya masih banyak praktek-praktek lainnya yang sejenis. Masyarakat kita masih percaya akah hal itu. Apalagi masyarakat kita masih banyak yang belum tersentuh akan aparat dan fasilitas kesehatan. Kalaupun tersentuh kadang hal itu menimbulkan biaya tinggi. Untuk masa sekarang hal itu sangatlah memberatkan masyarakat. Sehingganya masyarakat mencari alternatif lain. Alternatif instan dan murah. Contohnya ya dengan mendatangi praktek-praktek semacam Ponari ini.

Pro kontra yang muncul haruslah disikapi dengan arif dan bijaksana. Mari semua pihak untuk instropeksi diri. Terlebih lagi jangan sampai ada jatuh korban dari semua kejadian ini.

Selasa, 03 Februari 2009

Democrazy di Medan

Tewasnya ketua DPRD Sumatera Utara, Bapak Azis Angkat, yang juga ketua penasihat parta golkar Sumut dan tercatat sebagai dosen di universitas sumatera utara telah mencoreng simbol demokrasi di negeri. Apapun alasannya pemaksaan suatu kehendak yang menyebabkan jatuh korban tidak dapat ditolerir. Semua yang terlibat harus dihukum dengan seberat-beratnya.

Unjuk rasa yang berujung tewasnya ketua DPRD Sumut, bermula dari aksi masyarakat yang menuntut pemakaran provinsi tapanuli atau sumatera tenggara. Masyarakat menuntut agar anggota dewan segera merealisasikan tuntutan mereka, sehinganya ribuan massa berbondong-bondong mendatangi gedung dewan. Yang pada akhirnya kondisi amuk massa terjadi di gedung dewan.

Aksi unjuk rasa ini seperti yang telah diutarakan human mabes polri sudah mengantongi izin. Namun sangat disayangi pihak kepolisian tidak bisa mencegah amuk massa yang terjadi.

Benar apa yang para demonstran bilang bahwa gedung rakyat ini adalah milik rakyat, akan tetapi mereka juga tidak dibenarkan melakukan pengrusakan aset rakyat. Itu namanya hukum rimba. Sementara kita hidup berbangsa dan bernegara, dimana kita mempunyai aturan hukum.

Menurut ketua pansus pemekaran provinsi tapanuli, bahwa mereka sudah memproses aspirasi masyarakat. Bahkan sang ketua DPRD sendiri sudah mengagendakan sidang khusus guna mempercepat proses aspirasi masyarakat tersebut. Namun hal itu sudah keburu dinodai oleh aksi premanisme, brutalisme dan tidak masuk nilai-nilai kemanusian. Semoga aksi tersebut tidak terulang lagi dan semua pihak hendaknya mengambil hikmah akan kejadian ini.